Mitos Pesugihan Gunung Lawu di Malang Dibantah Warga, Orang Berdatangan Hanya untuk Ziarah!
--
"Keraton juga seperti itu dulunya yang membangun, saya pun juga kaget, dulu nggak ada seperti itu. Ada makam itu dibangun sama orang-orang yang mungkin sukses atau apa, banyak itu sekarang gitu, bukan hanya untuk usaha untuk politik juga banyak," bebernya.
"Jadi sudah nggak karu-karuan orang Indonesia itu, sementara kita yang meniti itu betul-betul gimana ya tapi memang maunya ya mau apa. Tapi memang kenyataannya sukses mau apa," pungkasnya.
Baca juga: Honda Supra X 125 Rilis Tahun 2024, Bagaimana Nasib Beat dan Scoopy?
Baca juga: Harga Honda Supra X 125 Matik Lebih Murah dari Honda Beat dan Scoopy? Cek Faktanya Berikut ini
Makam di Gunung Lawu Malang
Perlu dicatat bahwa Gunung Kawi memiliki dua tempat ziarah dan ibadah yang berbeda, yaitu Keraton Gunung Kawi dan Pesarean Gunung Kawi. Kedua tempat ini memiliki makam yang berbeda. Di Pesarean Gunung Kawi terdapat dua makam, yaitu Eyang Djoego dan Eyang Raden Mas Iman Soedjono.
Sementara di Keraton Gunung Kawi, awalnya terdapat lima makam, dua di antaranya merupakan sepasang suami istri yang merupakan keturunan dari Mpu Sindok dari Kerajaan Kediri, yaitu Toenggol Manik Djaja Ningrat dan Toenggol Wati. Tiga makam lainnya adalah para pengikut mereka, yaitu Eyang Broto, Eyang Djoyo, dan Eyang Hamid.
Warga sekitar kawasan Gunung Kawi telah menepis mitos mengenai pesugihan, terutama yang melibatkan korban tumbal, yang beredar di media sosial dan dalam cerita rakyat.