Desa di Pelosok Tulungagung ini Terkenal Elit, Pendapatan Warga Sekitar Makin Meroket Karena Hal ini
--
Warga juga melirik Malaysia, Hong Kong, Taiwan, Korea, dan Yunani. Laki-laki tidak lagi hanya menjadi pengemudi dalam rumah tangga seperti di Arab Saudi. Mereka yang memiliki kekuatan kuat mungkin berada di perkebunan sawit. Ringgit saya sekuat mungkin di negara tetangga.
Saat Upah Minimum Kabupaten (UMK) masih Rp 1 juta, buruh migran sudah berpenghasilan Rp 6-7 juta per bulan. Tak heran, dinding bambu itu dibongkar dalam sekejap. Dinding kokoh yang menjulang didirikan. Rumah yang dulunya sangat sederhana menjadi rumah yang elegan. Selain itu, rumah memiliki pamor tersendiri dalam budaya masyarakat sekitar.
Baca juga: Top Chart! Webtoon Horor Terbaik Tahun 2023, Bikin Merinding! Mana yang Sudah Kamu Baca?
Atap yang sebelumnya asbes murah diganti dengan genteng pabrik. Tak sedikit yang berdiri di dua lantai lengkap dengan railing besi yang mewah. Untuk rumah yang belum jadi, menandakan pemiliknya sudah lama tidak ke luar negeri.
“Keberhasilan satu warga sebagai TKI mempengaruhi warga lainnya. Secara tidak langsung, ada persaingan karena warga berlomba-lomba untuk berubah menjadi lebih baik,” jelas Wiyono yang berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Bukan hanya membersihkan rumah. Buruh migran juga melengkapi isinya. Dari furnitur ke furnitur lainnya. Tak jarang, kamar mandi di rumah para TKI ini memiliki fasilitas air dingin dan panas.
“Selain itu, setiap rumah minimal memiliki satu kendaraan roda empat. Tidak jarang mereka memiliki mobil mewah. Belum lagi membeli tanah di mana-mana. Mereka tiba-tiba menjadi tuan tanah,” jelasnya. Semoga informasi ini bermanfaat.
