Thursday 19th of September 2024
×

Sejarah Singkat Rohingnya Etnis yang Dipersekusi di Myanmar, Banyak Mengungsi di Aceh Disebut Tidak Punya Negara

Sejarah Singkat Rohingnya Etnis yang Dipersekusi di Myanmar, Banyak Mengungsi di Aceh Disebut Tidak Punya Negara

--

Etnis Rohingya memiliki ciri fisik khas, seperti tulang pipi yang tidak begitu keras, mata yang tidak begitu sipit, hidung yang tidak terlalu pesek, serta tubuh tinggi dengan kulit berwarna gelap, beberapa dengan kulit kemerahan.

Sejarah Rohingnya

Sejarah panjang masyarakat Rohingya mencakup periode pembantaian pada tahun 1942, di mana pasukan pro-Inggris terlibat dalam serangkaian kejadian yang menewaskan setidaknya 100 ribu Muslim Rohingya dan menghancurkan ribuan desa. Pasca peristiwa tersebut, komunitas ini hidup dalam ketakutan, terutama setelah diusir dari wilayah Arakan.


Sejarah awal kemunculan etnis Rohingya dapat ditelusuri pada abad ke-14, ketika komunitas Muslim mendiami wilayah Arakan pada masa Kerajaan Mrauk U yang dipimpin oleh raja Buddhis Narameikhla atau Min Saw Mun.

Tapi, kekuasaan Islam di Arakan berakhir pada tahun 1784 setelah wilayah itu dikuasai kembali oleh Raja Myanmar. Pada tahun 1824, Arakan menjadi koloni Inggris, dan sejak itu, populasi Islam di kawasan tersebut mengalami penurunan perlahan.

Baca juga: Arti Klitih Itu Apa, Sebuah Bentuk Kenakalan Remaja yang Menjurus Aksi Kriminal, Beda Banget Dengan Sejarah Awalnya

Baca juga: Asal Usul Sejarah Suku Nias, Mulai Legenda Masyarakat Hingga Penelitian Masa Lampau!

Baca juga: Kisah Suku Rejang yang Jadi Sejarah Singkat Kabupaten Lebong di Bengkulu, Begini Ceritanya!

Kondisi terburuk bagi etnis Rohingya terjadi selama Perang Dunia II, ketika terjadi kekosongan kekuasaan dan stabilitas di wilayah Arakan. Kekerasan komunal antara Muslim Rakhine dan Rohingya memaksa banyak Muslim Rohingya untuk melakukan migrasi ke Bengal.

Setelah Burma merdeka pada tahun 1948, ketegangan antara pemerintah Myanmar dan komunitas Muslim Rohingya terus berlanjut, mengarah pada penolakan hak kewarganegaraan dan status manusia tanpa negara bagi Rohingya. Pada 1962, Jenderal Ne Win memperburuk situasi dengan menindas Rohingya secara sistematis.

Sejak itu, upaya pengusiran dan diskriminasi terus dilakukan oleh pemerintah Myanmar, menciptakan kondisi sulit bagi pendidikan dan kehidupan sehari-hari masyarakat Rohingya di Arakan.

Diskriminasi etnis di bidang pendidikan termanifestasi melalui kurangnya guru di pedesaan, kualitas pengajaran yang rendah, dan penolakan hak kewarganegaraan bagi guru-guru Rohingya, yang menghadapi kesulitan dalam memperoleh pekerjaan di sektor publik.

Itulah informasi mengenai berita terkini yang bisa kami sampaikan pada kesempatan kali ini. Mari kita berdoa untuk saudara kita agar bisa memperoleh kehidupan yang lebih layak. 

Sumber:

UPDATE TERBARU