Kisah Legenda Bujang Sembilan yang Jadi Asal Usul Danau Maninjau di Sumatera Barat, Ceritanya Bikin Merinding!
--
Baik Bujang Sembilan dan Siti Rasani merupakan anak-anak yang giat sehingga Datuk Limbatang, paman mereka kerap mengajari keterampilan bertani dan mempelajari tentang adat setempat. Hal ini tidak lepas dari janji Datuk Limbatang kepada kakak perempuannya yang juga sebagai amak dari 10 saudara itu. Setiap datang ke tempat Bujang Sembilan, istri serta putra Datuk Limbatang bernama Giran sering ikut mengunjungi bersama.
Para lelaki biasanya bekerja di ladang, sementara perempuan memasak dan berbenah di rumah. Seiring berjalannya waktu, kemampuan Bujang Sembilan untuk menggarap sawah semakin baik dan membawa hasil melimpah.
Sementara itu, Siti Rasani juga tumbuh menjadi seorang remaja putri yang cantik dan baik hati karena sering bertemu dengan Giran tumbuhlah rasa suka di antara mereka berdua.
Baca juga: Sejarah Asal Usul Kota Semarang yang Ternyata Berasal Dari Pohon Asem yang Tumbuh Jarang
Singkatnya, Datuk Limbatang datang ke rumah Bujang Sembilan untuk menyampaikan niat Giran meminang Siti Rasani. Namun, Kukuban menolak dengan tegas pinangan tersebut karena masih merasa dendam dengan Giran. Hal itu membuat Siti Rasani dan Giran sedih dan memutuskan untuk berdiskusi di pinggir sungai mencari solusi agar mereka bisa menikah.
Sayangnya, setelah berdiskusi mereka tidak juga bisa menemukan jalan keluar dan pada akhirnya Siti Rasani memutuskan untuk pulang ke rumah. Baru akan beranjak dari duduknya, tanaman berduri merobek pakaian yang dia kenakan, pahanya pun terluka. Dengan sigap Giran segera mencari tanaman obat untuk mengobati kaki kekasihnya.
Tiba-tiba di waktu bersamaan, datang Bujang Sembilan bersama warga dengan penuh amarah karena menuduh mereka melakukan hal yang melampaui batas norma dalam masyarakat.
Kemudian, sidang adat pun dilakukan untuk menentukan nasib keduanya. Namun, Bujang Sembilan terus memojokkan keduanya. Pembelaan yang dilakukan oleh Siti Rasani dan Giran tidak didengar dan hukuman diberikan kepada keduanya dengan alasan supaya kampung mereka terhindar dari malapetaka.